Tiger Temple in Kanchanaburi Thailand

Merasakan Nikmatnya Pampakin


Awalnya Saya berfikir buah durian itu akan selalu memiliki warna seragam pada dagingnya, dan tidak terlintas sedikitpun bahwa ada buah yang menyerupai durian namun dagingnya berwarna orange. Sebelumnya Saya berangkat menuju Banjarmasin melalui Surabaya, dan perjalanan pun berlanjut menuju Barabai yang memakan waktu hampir 3 jam, di Barabai terdapat pasar yang menjadi primadona masyarakat Kalimantan Selatan, tempat bertemunya penjual dan pembeli ini, menawarkan berbagai jenis kebutuhan hidup, mulai dari sayur, masakan tradisional, alat-alat rumah tangga hingga buah-buah lokal.

Buah yang mendominasi Pasar Barabai adalah buah Cempedak dan buah Pampakin, kalau cempedak cukup Saya kenal namun berbeda halnya dengan Pampakin, buah ini menyerupai buah durian namun yang cukup membedakan adalah warna dagingnya yang berwarna orange. Sebenarnya perjalanan ke Kalimantan Selatan bukan perjalanan pertama kali, sebelumnya pernah diexpose di blog ini tentang perjalanan Saya ke Hamayung dengan judul Negeri di Atas Sungai, namun kesempatan benar-benar belum berpihak kepada Saya untuk menikmati Pampakin, dan tepat 2 hari yang lalu akhirnya Saya dapat merasakan keunikan bentuk dan rasa Pampakin.



Pampakin, untuk jenis Mantuala, sangat digemari karena rasa dan baunya yang enak. Harganyapun tidak terlalu mahal berkisar diantara 5-10 ribu per buah. Warga yang berburu membeli Pampakin ternyata tak hanya warga Barabai, tapi juga warga kota lain yang sedang ada di Barabai. Sebenarnya Pampakin adalah buah lokal asal Kalimantan yang tumbuh di rimba belantara, rasa dan baunya tidak begitu menyengat seperti durian, tidak terlalu manis dan agak padat dagingnya, namun lezat.

Ketika berkunjung ke Kalimantan Selatan, suhu setempat mencapai 33°C, cukup panas dan memaksa Saya untuk selalu minum melepas dahaga, namun kondisi tersebut berubah menjadi kebahagiaan, betapa tidak terik panas matahari yang menyengat membuat dahaga berada di puncak kerongkongan, hilang terbasuh segelas es kelapa muda yang tersaji nikmat dengan susu kental manis dan jeruk nipis, nikmat….


Jika ada kesempatan berkunjung ke Kalimantan Selatan, tidak ada salahnya mencoba kelezatan Pampakin dan es kelapa muda, selamat mencoba!



AYO MENANAM


Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia telah memberi dampak negative terhadap alam, bahkan endapan-endapan kerusakan ekosistem dapat menimbulkan bencana bagi manusia itu sendiri. Saat ini tingkat kerusakan lingkungan berada dalam tahap yang mengkhawatirkan, dan jika terus berlanjut maka lingkungan akan tidak lagi menjadi tempat yang ideal untuk ditempati makhluk hidup. Perhutani menyatakan, kerusakan hutan yang terjadi tahun 2007 ini sudah mencapai kisaran 250 ribu–300 ribu hektare. Angka tersebut hampir menyamai jumlah kerusakan hutan yang terjadi selama 2006. (http://www.indonesia.go.id).

Menurut kalkulasi berdasarkan data laporan State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan the UN Food & Agriculture Organization's (FAO), Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya, setara dengan luas 300 lapangan bola setiap jam, sebuah angka yang menurut Greenpeace layak menempatkan Indonesia di dalam the Guinness Book of World Records sebagai negara penghancur hutan tercepat di dunia (diambil dari : http://www.kabarindonesia.com).

Bertemu Tim Jejak Petualang


Senin, 1 Febuari Saya mendapat kesempatan bertemu Tim Jejak petualang Trans 7, mereka baru saja kembali dari Flores, Pulau Komodo, Tambora, Rinjani, dan Alas Purwo.
Sambil makan durian di kawasan Dinoyo Kota Malang, kita ngobrol bareng tentang pengalaman lapangan mereka membuat film documenter, dan boleh dibilang kegiatan mereka memiliki nilai Ilmiah berkualitas tinggi yang mampu memberi inspirasi kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan penelitian tentang satwa dan lingkungan.


Program Jejak Petualang versi survival yang sudah berjalan selama 7 bulan memiliki content yang mampu memberikan daya tarik tersendiri, bahkan program turunannya seperti Bocah Petualang, Mancing Mania, Jejak Si Gundul dan program edukasi outdoor lainnya sangat digemari masyarakat sekaligus menjadi trend center untuk program unggulan.

Program survival ini menurut Fauzan “ memberi informasi kepada masyarakat tentang cara bertahan hidup di hutan atau alam liar, seperti tumbuhan apa saja yang bisa dikonsumsi oleh manusia, identifikasi khusus jenis-jenis flora mulai pengenalan nama local hingga nama latin, dan penagangan akibat serangan binatang liar, seperti strategi menghadapi kalajeasi ngking atau ular berbisa. Sebenarnya program survival ini memiliki content materi 70 persen untuk edukasi dan 30 persen untuk informasi tentang potensi wisata Indonesia, semua yang kita expose adalah jenis flora dan fauna endemic Indonesia, ini bukti nyata kepedulian kita untuk mengenalkan kepada masyarakat dan dunia bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang spektakuler mulai Sabang sampai Merauke, dan untuk menjaga kualitas informasi kita sebagai tim selalu melibatkan ahli biologi, tim medis, penduduk local dan staf Taman Nasional untuk proses pengambilan gambar sehingga film documenter yang disajikan memiliki nilai Ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan”, jelas Asisten Produser Jejak Petualang ini.

Lebih lanjut Fauzan berpesan bahwa,” setelah melihat tayangan Program Jejak Petualang, kita pantas berbangga sebagai warga Indonesia karena memiliki keaneka ragaman hayati yang tidak kalah dengan negara – negara lain, namun rasa bangga itu harus diwujudkan dengan sikap kepedulian yang tinggi untuk menjaga dan melestarikan flora dan fauna serta beragam ekosistem lainnya yang kita miliki.

Mereka bekerja secara tim, terdiri dari 2 Cameraman, 1 Produser dan 1 Host. Herna Hadi Prasetyo atau yang akrab disapa Herna bertugas sebagai Host, biasanya Ia yang menjelaskan sekaligus mempraktekkan bagaimana cara mengantisipasi serangan binatang liar tanpa harus membunuhnya, sempat Ia memperagakan kepada Saya bagaimana cara mengantisipasi serangan kalajengking dan ular jenis viper, menurutnya” kalajengking adalah hewan yang akan menyerang manusia jika posisinya terancam, seperti terinjak atau tertekan, dan cara memegangnya pun cukup dengan menjapit sengatnya pada bagian belakang dengan jari atau batang kayu, usahakan untuk tidak membunuhnya”, jelasnya.


Herna sang Host